Jauh di lubuk hatinya, ia merasa hidupnya sepi.
![]() |
Ayahnya yang merupakan tokoh ternama di negeri ini kerap kali melakukan dinas luar. Ibunya memiliki posisi strategis di perusahaan tempat ia bekerja, yang mengharuskan ia berangkat di pagi hari dan kembali ke rumah ketika Arumi sudah terlelap. Arumi tumbuh dengan minim kehadiran ayah bundanya. Ketika ia terbangun dari tidurnya, ibunya sudah tak ada di sampingnya, pun ketika ia membersihkan tubuhnya sehabis sekolah ataupun bermain, "mbak"nya lah yang membantunya. Hingga suatu ketika ia enggan meraih tangan ibunya. Ia lebih memilih "mbak"nya yang setiap hari mendampinginya. Arumi ingin menyampaikan "pemberontakannya" melalui tindakannya, ia seperti ingin mengatakan bahwa seluruh fasilitas mahal, mainan mewah yang diberikan ayah ibunya terasa hampa tanpa sentuhan dan belaian ibu dan ayahnya.
Ibunya tak kuasa menahan air mata dengan sikap Arumi. Sungguh kedua orang tuanya demikian, benar-benar demi Arumi dan kakaknya, demi masa depan keduanya, demi mempersiapkan hidup yang layak, pendidikan terbaik untuk kedua anaknya tersayang. Arumi hanya terlalu berat untuk memahami semua itu. Matanya yang jernih hanya ingin diberi tatapan mesra setiap ia hendak menutup matanya kala malam hari. Tubuh mungilnya hanya ingin didekap ibunya setiap ia menangis kesakitan ketika terjatuh. Jemari tangannya hanya ingin dituntun ayahnya kala ia hendak pergi ke sekolah.
Semoga Arumi bisa memahami sikap ayah ibunya pun kedua orang tuanya dapat menyelami keinginan sederhana Arumi.