Guru dalam akronim orang sunda bermakna digugu & ditiru. Dengan kata lain guru adalah sosok yang setiap gerak geriknya, perkataannya ditaati dan diikuti pun ditiru oleh anak didiknya. Oleh sebab itu profesi guru menjadi profesi yang agung dan luhur di masyarakat.
Rupanya istilah guru di era globalisasi ini mengalami perluasan makna, tak hanya guru di sekolah, tapi seseorang atau sesuatu yang menjadi panutan atau idola atau tempat orang bertanya. Bagi anak,semua orang yang ada di sekelilingnya adalah guru dimana ia belajar berbahasa, bertutur, bersikap, dan sebagainya. Maka sikap bijak orang-orang dewasa di dalam rumahnya adalah prototype baginya, pun orang dewasa yang ada dalam kotak ajaib yang sering dia tonton tiap hari.
Seringkali orang dewasa/orang tua merasa tenang dan aman, jika anaknya asyk duduk tenang di depan televisi. Kotak ajaib itu benar-benar ajaib, sungguh menarik, bisa mengeluarkan berbagai suara nyanyian merdu, gambar2 menarik, artis2 tampan dan cantik yang sangat menarik hati dan memikat siapapun termasuk anak-anak yang masih polos. Hebatnya lagi kita bisa memilih program sesuka hati karena banyak channel yang tersedia. walaupun secara umum berjenis sama: ftv/sinetron, infotainment, live music, news dengan content yang nyaris sama di setiap waktu meski tagline program yang berbeda atau host yang berbeda.
Sinetron menjadi program yang ditayangkan pada prime time dan ketika itu anak-anak biasanya belum tidur. bahkan banyak ftv/sinetron sejenis ditayangkan pagi-sore hari dimana anak masih bisa menonton kala pulang sekolah. Baik, jika content dalam sinetron/ftv itu mendidik, jika tidak maka itu menjadi ancaman bagi pendidikan anak. Karena setiap di sekeliling anak menjadi guru sesuatu yang ditiru, alhasil gaya hidup kisah sinetron, perkataan penokohan dalam ftv/ sinetron menjadi sesuatu yang terekam cukup baik dalam benaknya. Sayangnya anak-anak masih belum cukup bijak dalam memilah baik/buruk dari apa yang dia tonton. Dia tak tau bahwa setiap perkataan artis itu adalah dialog/script yang dihafal yang hanya rekaan semata tuntunan skenario belaka.
Hingga di suatu pagi, seorang ibu muda dibuat pusing oleh anak sulungnya yang masih duduk di TK."Pokoknya aku ga mau sekolah. Aku udah lama sekolah, tapi ga pintel pintel. Sekolah ga ada artinya. Aku ga mau sekolah", Derry berteriak-teriak di depan ibunya. Tentu saja ibunya yang wanita karier itu, langsung bertanya pada baby sitternya, tontonan apa yang belakangan ini tengah digandrungi Derry. Ayahnya pun heran sinetron apa yang jadi referensi putra kesayangannya itu.
Televisi seperti pedang bermata dua, tergantung penggunanya. Maka menjadi bermanfaatlah jika program yang ditonton adalah yang pantas menjadi tuntunan. Tidak semua bercitra negatif memang, pintar-pintar memilih lah dari sekian banyak program televisi. Dan sebagai orangtua apalagi bagi yang jarang di rumah/ mendampingi anak, mungkin perlu memutar otak untuk memproteksi bauh hatinya dari tayangan-tayangan televisi/sinetron 'bermasalah' agar sinetron yang menjadi guru baru di rumah menjadi guru yang pantas ditiru.
Mungkin mempertimbangkan untuk meniadakan tv di rumah atau setidaknya mengunci tv dalam lemari tertutup atau memasang CCTV di rumah untuk memantau anak:) atau barangkali ada teknologi baru sebagai alat sensor sinetron 'bermasalah' :) semuanya tergantung pilihan bijak orangtua sebagai penjaga buah hati.
setiap anak adalah cerdas. cerdas berhitung, cerdas membaca, cerdas bernyanyi, cerdas menari, cerdas menggambar, cerdas berbicara dan kecerdasan lainnya. satu yang penting adalah tidak hanya cerdas tapi dia harus punya kecakapan hidup dan kebaikan berperilaku. cerdas - cakap - sholeh
supernova aku bisa

18.5.11
14.5.11
11.5.11
Sedari Dini
Seperti biasanya,setiap jumat malam bu haji menebar ladang pahala, mengajak penghuni komplek mengikuti pengajian rutin ibu-ibu melalui pengeras suara mesjid. Memang jumlah ibu-ibu komplek yang menyambut seruan bu haji tak sebanding dengan jumlah total seluruh penghuni, tapi mungkin mempermudah malaikat untuk mencatat nama-nama peserta pengajian mingguan itu,karena tiap pekannya shaf-shaf itu memiliki empunya masing-masing.
Diantara kaum ibu yang rata-rata sudah berputra 2 atau 3,ada seorang gadis kecil yang tak pernah absen menghadiri pengajian itu, sekalipun jika bundanya berhalangan hadir. Gadis kecil yang bernama Nisa itu selalu menyimak dengan seksama setiap petuah dari ustadz bahkan mencatatnya dalam sebuah buku khusus. Nuansa keilmuan yang penuh nasehat dan atmosfer mesjid tampaknya sudah menjadi bagian dirinya.
Mungkin pada awalnya dia hanya ikut-ikutan bundanya, atau diajak sang bunda karena khawatir ditinggal sendirian di rumah. Tapi, lama kelamaan pembiasaan itu, membuatnya menemukan kenyamanan di sana bahkan menjadi kebutuhan untuknya.
Pada dua pertemuan pengajian mingguan terakhir ini, hadir lagi seorang gadis kecil yang usianya lebih muda,sekitar 8 tahun-an, cantik, putih, kulitnya bersinar yang sinar wajahnya masih polos khas anak-anak. Nada, begitu ia dipanggil mamanya. Hujan rintik malam itu,tidak menjadi penghalang bagi ibu muda dan putri kecilnya itu untuk hadir di majelis ilmu mingguan komplek itu. Nada tak berbeda jauh dengan Nisa, Nada pun selalu mencatat hal-hal penting yang disampaikan ustadz.
Kehadiran putri-putri kecil dalam majelis itu sebenarnya adalah pembelajaran terbaik dalam hidupnya, karena dia mengalami langsung peristiwa-peristiwa berhikmah dalam perjalanan hidupnya. Kelak ketika dewasa, dia pasti mengingat momen-momen kebersamaan dengan bundanya, dia akan terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan yang tercipta dalam majelis ilmu yang sedari kecil sering ia hadiri dan tentu saja banyak ilmu yang diserap memorinya dari penuturan ustadz. Bukankah daya ingat anak-anak lebih kuat dari orang dewasa?
Ustadz dalam majelis pun selalu mendukung para ibu yang membawa putra-putri kecilnya ke mesjid,karena menurutnya atmosfer kebaikan harus senantiasa diberikan pada anak. Ustadz itu memberi contoh bahkan ibu putar saja lantunan murottal alquran setiap pagi sebelum anak berangkat sekolah, bisa dengan radio, DVD player atau speaker komputer:) jika berulang-ulang, insya Allah, anak meninggalkan rumah diiringi dengan kebaikan.
Seorang filosof china (551-479 SM) dahulu kala berkata, "Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya melakukan dan saya paham" -Confucius-
Semoga jika seorang anak sedari dini mengalami pengalaman-pengalaman kebaikan/kesholehan bersama orang yang dicintainya-bundanya, ia akan tumbuh menjadi seorang yang diharapkan oleh orang yang mencintai dan dicintainya.
2.5.11
pertanyaan sederhana
"yang mana ya kei?" seorang ibu tengah memilih kosmetik di sebuah pusat perbelanjaan..
"umm,,,mama suka yang warna apa?" sang anak turut serta membantu kebingungan ibunya,
"kayaknya yang ini juga bagus mah,,"anak itu pun mengajukan argumen dalam pilihannya,,
mungkin sangat biasa saja jika dialog tersebut adalah antara seorang ibu dan putri gadisnya yang telah dewasa, tapi yang sedang berlangsung adalah seorang ibu yang "meminta" saran dari putrinya yang masih imut,,
sekilas postur tubuh dan potret wajahnya menunjukkan ia baru berusia 6 tahun-an..
mungkin beberapa orang mengatakan bahwa ibu itu konyol dan sia-sia berbicara dengan putri cilik,,
"tau apa dia tentang kosmetik yang notabene itu dunia orang dewasa,,"
mungkin benar itu adalah kesia-siaan,,
tapi bagi putri kecilnya pertanyaan sederhana sang mama adalah sebuah hal besar..
yang menggambarkan betapa dia dihargai oleh orang dewasa
bukan tidak mungkin pertanyaan sederhana sang mama lah yang menjadi motivator dia dalam mengejar mimpi dan citanya,
menjadi penyemangat dia kala banyak orang meragukan kemampuannya di kemudian hari,
menjadi alasan mengapa dia selalu percaya diri dalam menjalani hari-harinya,
menjadi sebab kenapa dia tumbuh dewasa dan mandiri dibanding teman-teman seusianya..
tak jarang seorang ibu ataupun ayah selalu menganggap bahwa anaknya tidak lebih tau dari mereka sebagai orangtuanya, sehingga melahirkan sikap-sikap skeptis yang justru mengerdilkan anaknya yang mungkin memiliki potensi menjadi "orang besar" jauh melampaui kedua orangtuanya,,
pada dasarnya setiap orang ingin dihargai, diakui keberadaannya,,,termasuk anak-anak,,
agar ia tumbuh optimal, tidak takut mengembangkan bakat dan potensinya,, :)
"umm,,,mama suka yang warna apa?" sang anak turut serta membantu kebingungan ibunya,
"kayaknya yang ini juga bagus mah,,"anak itu pun mengajukan argumen dalam pilihannya,,
mungkin sangat biasa saja jika dialog tersebut adalah antara seorang ibu dan putri gadisnya yang telah dewasa, tapi yang sedang berlangsung adalah seorang ibu yang "meminta" saran dari putrinya yang masih imut,,
sekilas postur tubuh dan potret wajahnya menunjukkan ia baru berusia 6 tahun-an..
mungkin beberapa orang mengatakan bahwa ibu itu konyol dan sia-sia berbicara dengan putri cilik,,
"tau apa dia tentang kosmetik yang notabene itu dunia orang dewasa,,"
mungkin benar itu adalah kesia-siaan,,
tapi bagi putri kecilnya pertanyaan sederhana sang mama adalah sebuah hal besar..
yang menggambarkan betapa dia dihargai oleh orang dewasa
bukan tidak mungkin pertanyaan sederhana sang mama lah yang menjadi motivator dia dalam mengejar mimpi dan citanya,
menjadi penyemangat dia kala banyak orang meragukan kemampuannya di kemudian hari,
menjadi alasan mengapa dia selalu percaya diri dalam menjalani hari-harinya,
menjadi sebab kenapa dia tumbuh dewasa dan mandiri dibanding teman-teman seusianya..
tak jarang seorang ibu ataupun ayah selalu menganggap bahwa anaknya tidak lebih tau dari mereka sebagai orangtuanya, sehingga melahirkan sikap-sikap skeptis yang justru mengerdilkan anaknya yang mungkin memiliki potensi menjadi "orang besar" jauh melampaui kedua orangtuanya,,
pada dasarnya setiap orang ingin dihargai, diakui keberadaannya,,,termasuk anak-anak,,
agar ia tumbuh optimal, tidak takut mengembangkan bakat dan potensinya,, :)
Subscribe to:
Posts (Atom)
"We hope one day our super children will be the bright star for themselves, family and country like the star that explosived by the process of Supernova MORE BEAUTIFUL AND MORE BRIGHTHER"