Seperti biasanya,setiap jumat malam bu haji menebar ladang pahala, mengajak penghuni komplek mengikuti pengajian rutin ibu-ibu melalui pengeras suara mesjid. Memang jumlah ibu-ibu komplek yang menyambut seruan bu haji tak sebanding dengan jumlah total seluruh penghuni, tapi mungkin mempermudah malaikat untuk mencatat nama-nama peserta pengajian mingguan itu,karena tiap pekannya shaf-shaf itu memiliki empunya masing-masing.
Diantara kaum ibu yang rata-rata sudah berputra 2 atau 3,ada seorang gadis kecil yang tak pernah absen menghadiri pengajian itu, sekalipun jika bundanya berhalangan hadir. Gadis kecil yang bernama Nisa itu selalu menyimak dengan seksama setiap petuah dari ustadz bahkan mencatatnya dalam sebuah buku khusus. Nuansa keilmuan yang penuh nasehat dan atmosfer mesjid tampaknya sudah menjadi bagian dirinya.
Mungkin pada awalnya dia hanya ikut-ikutan bundanya, atau diajak sang bunda karena khawatir ditinggal sendirian di rumah. Tapi, lama kelamaan pembiasaan itu, membuatnya menemukan kenyamanan di sana bahkan menjadi kebutuhan untuknya.
Pada dua pertemuan pengajian mingguan terakhir ini, hadir lagi seorang gadis kecil yang usianya lebih muda,sekitar 8 tahun-an, cantik, putih, kulitnya bersinar yang sinar wajahnya masih polos khas anak-anak. Nada, begitu ia dipanggil mamanya. Hujan rintik malam itu,tidak menjadi penghalang bagi ibu muda dan putri kecilnya itu untuk hadir di majelis ilmu mingguan komplek itu. Nada tak berbeda jauh dengan Nisa, Nada pun selalu mencatat hal-hal penting yang disampaikan ustadz.
Kehadiran putri-putri kecil dalam majelis itu sebenarnya adalah pembelajaran terbaik dalam hidupnya, karena dia mengalami langsung peristiwa-peristiwa berhikmah dalam perjalanan hidupnya. Kelak ketika dewasa, dia pasti mengingat momen-momen kebersamaan dengan bundanya, dia akan terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan yang tercipta dalam majelis ilmu yang sedari kecil sering ia hadiri dan tentu saja banyak ilmu yang diserap memorinya dari penuturan ustadz. Bukankah daya ingat anak-anak lebih kuat dari orang dewasa?
Ustadz dalam majelis pun selalu mendukung para ibu yang membawa putra-putri kecilnya ke mesjid,karena menurutnya atmosfer kebaikan harus senantiasa diberikan pada anak. Ustadz itu memberi contoh bahkan ibu putar saja lantunan murottal alquran setiap pagi sebelum anak berangkat sekolah, bisa dengan radio, DVD player atau speaker komputer:) jika berulang-ulang, insya Allah, anak meninggalkan rumah diiringi dengan kebaikan.
Seorang filosof china (551-479 SM) dahulu kala berkata, "Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya melakukan dan saya paham" -Confucius-
Semoga jika seorang anak sedari dini mengalami pengalaman-pengalaman kebaikan/kesholehan bersama orang yang dicintainya-bundanya, ia akan tumbuh menjadi seorang yang diharapkan oleh orang yang mencintai dan dicintainya.