supernova aku bisa

supernova aku bisa

23.6.11

Perlukah calistung pada anak?

-sedikit sharing dari program motivatalk bersama ayah Edy (pakar pendidikan anak) yang disiarkan oleh IMTV-

sangat menarik topik motivatalk kali ini: calistung :D

yep, topik yang sering menimbulkan "kontroversi",,mengapa? karena banyak pakar pendidikan maupun psikologi anak yang menyatakan bahwa belumlah tepat anak usia dini diajarkan (dipaksakan) calistung, bahkan peraturan pemerintah pun terang-terangan menyebutkan bahwa di PAUD atau TK tidak layak diajarkan calistung. lain peraturan, lain fakta di lapangan.. beberapa sekolah dasar (SD) mensyaratkan kemampuan calistung bagi para calon siswanya. Tentu saja hal ini membuat gelisah bagi para bunda yang akan menyekolahkan anaknya ke SD dan alhasil mereka "menekan" guru/sekolah PAUD atau TK untuk mengajarkan calistung pada anaknya atau paling tidak, para bunda beramai-ramai me-les calistung-kan putra putri kecilnya. dan,,,"kemahiran" buah hatinya dalam calistung menjadi prestasi (prestise) orangtuanya ^.~ bahkan secara tidak sadar hal tersebut menjadi ambisi orangtua. Bagaimana menurut pandangan ayah Edy?

"Jika ada SD yang mensyaratkan calistung, cari lagi sekolah lain ^^. Sekarang ini, sudah banyak sekolah yang konsep pembelajarannya lebih tepat, sesuai dengan tugas perkembangan anak. Seorang pakar pendidikan sempat melemparkan joke dengan mengatakan bahwa sangatlah tidak tepat, jika ada berbagai test sebagai syarat memasuki sekolah TK ataupun SD, kalaupun ada ya test denyut nadi, untuk memastikan bahwa anak tersebut masih hidup hehe.." begitulah yang disampaikan ayah Edy.

Menurut ayah Edy, anak usia dini (rentang usia 0-12 tahun) secara alamiah merupakan masa perkembangan otak kanan terlebih dahulu yaitu masa eksploratif dan kreatif, yang puncaknya berada pada rentang usia 0-5 tahun dan kita mengenalnya sebagai golden age. Maka tidak heran, jika pada rentang usia tersebut, sering kita temukan seorang anak tengah mempreteli mainannya :D atau benda apa pun yang ada di dekatnya. Pernah suatu ketika di sekolah kami di supernova, ketika sedang persiapan kegiatan, kami memasang infocus, dan ketika infocus tersebut menyala, mengeluarkan cahaya, mulailah anak-anak bereksplorasi, ada yang menggerak-gerakkan tangannya untuk membuka dan menutup lampu indikator infocus, pun menari-nari di depan lampu infocus tersebut, dan takjublah mereka ketika keluar gambar diri mereka dari cahaya lampu tersebut karena infocus telah terkoneksi dengan laptop yang berisi file foto mereka hehe menggelikan tingkah mereka. mungkin beberapa dari kita berujar, "ngapain sih, infocus ko dijadikan mainan?", "aduh, hati-hati nanti rusak, awas jatuh" dan sebagainya. Tapi sesungguhnya mereka sedang bereksplorasi, tengah belajar benda apakah itu? kenapa terang kalau dibuka dan gelap kalau ditutup? dan lain-lain.

Konsep pendidikan dan pembelajaran bagi anak usia dini baik di sekolah ataupun di rumah adalah bermain karena dengannya ia akan bereksplorasi dan berkreasi yang akan menjadi bekal menjadi seorang kreator plus kreatif bagi kehidupan di masa mendatangnya. Jadi, bagaimana jika calistung diajarkan pada anak dengan bermain, bernyanyi, berdendang? Satu hal yang pasti adalah happy. yup, dalam pandangan ayah Edy, jika raut wajah anak dari matanya memancarkan kelelahan, ketidaksukaan artinya otaknya sedang berontak, sedang tidak menerima. Sehingga tidak masalah, jika calistung dikenalkan pada anak asalkan dia happy dan tidak terpaksa.

Memang ada yang menarik dari kultur pendidikan di Indonesia yang berbeda dengan negara lain yang tergolong negara maju seperti Jerman ataupun Australia. Menurut ayah Edy, di kedua negara tersebut anak-anak usia dini (anak TK) tidak dikenalkan calistung, mereka baru diajarkan bahkan diperkenalkan calistung pada usia kelas 3 SD. Konsep pembelajaran mereka pada kindergarten adalah bermain, bereksplorasi dan hal yang selayaknya diingat adalah buatlah anak hobby membaca tidak hanya bisa membaca saja, tapi gemar membaca dan kegemaran itu lahir dari eksplorasi. Dengan diawali eksplorasi akan suatu hal, timbul banyak pertanyaan dalam benaknya, dan orang dewasa (guru ataupun orangtua) membimbing anak untuk menemukan jawaban - jawaban tersebut dari membaca sehingga kemampuan membaca menjadi sebuah kebutuhan atas rasa penasarannya bukan karena keharusan atau keterpaksaannya.

Semoga bermanfaat:)
"We hope one day our super children will be the bright star for themselves, family and country like the star that explosived by the process of Supernova MORE BEAUTIFUL AND MORE BRIGHTHER"